Efek dari Minuman

Diposting pada Dilihat: 0

Efek minuman:

Saya Rio, 25 tahun. Tempat kerja saya adalah Indomaret di Jambi. Saya seorang pria atletis dengan kulit putih dan tinggi 170 cm. Selain itu, saya menyukai menonton film porno, terutama yang telah menjadi viral di internet.

Saya tinggal di kontrakan di Jambi Tengah, yang dekat dengan tempat kerja saya. Arda adalah teman dekat saya. Dia adalah seorang anak motor yang sering ikut balap liar di jalan. Dia punya pacar yang cantik dan seksi bernama Nancy karena hobinya balap. Dia mahasiswa di sekolah negeri di Jambi.

Suatu malam, Arda mengajakku ke kafe yang biasa kami gunakan untuk berkaraoke. Namun, hujan deras di luar, dan uang saya terbatas.

“Brooo, karaoke yuk. Daripada bengong di kontrakan,” kata Arda melalui BBM.

“Wah, maafkan saya, Pak, situasi saat ini sedang buruk. Sambil nolak halus karena dompet saya sekarang sangat kecil, saya menjawab, “Untuk bertahan hidup saja udah alhamdulillah.”

“Duh, gimana ya, Bro. Ini gue udah sama Nancy,” kata Arda dengan manja. Namun demikian, dompet saya hanya berisi empat lembar seratus ribuan.

“Yaudah, sini saja lo ke tempat saya bersama Nancy.” Kami hanya meminum sampai pagi. Gimana? Saya memiliki gagasan untuk memasukkan mereka ke dalam kontrak saya.

Arda akhirnya mencapai kesepakatan. Dia kembali beberapa jam kemudian dengan pacarnya naik motor Ninja 4-tak yang dimodifikasi habis-habisan. Lihat Nancy membuatku ngiler. Dia memakai kaus hitam ketat yang membuat dadanya yang seksinya menonjol. Selain itu, dia memakai celana pendek jeans yang membuat bokongnya terlihat menonjol. Rasa ingin tahu saya segera meningkat dan saya sangat ingin bersentuhan dengannya.

“Selamat malam, Bro. Maaf lama, tadi nunggu hujan reda dulu,” kata Arda sambil masuk ke kamar kontrakan bersama Nancy.

“Oh, tenang, Bro. Oh, ini benar-benar pacar, Arda?” Sambil memperhatikan wajahnya yang putih bersih, saya bertanya, “” Rambut rebondingnya lurus. Nafsu saya meningkat karena aroma dari leher hingga dadanya. Otak saya telah mengirimkan sinyal yang sangat kuat.

Kami akhirnya setuju untuk membeli sepuluh botol minuman khas, bir botol kecil, dan snack kepiting saus tiram.

Arda memberi tahu saya, “Nancy di sini dulu ya sama lo, gue mau belanja dulu buat pesta,” katanya. Saya berpikir, “Wah, ini kesempatan emas untuk kenal sama Nancy.” Saya sangat ingin berbicara dengannya.

“Siap, Bro! Saya akan menjaga Nancy.” Saya sangat senang untuk berbicara dengan bidadari ini, jadi saya menjawab dengan semangat, “Aman pokoknya sama saya.”

Tidak lama kemudian, Arda pergi untuk membeli makanan dan minuman. Nancy mengelus rambut lurusnya sambil duduk bersimpuh di kasur saya. Rasa wanginya yang luar biasa membangkitkan keinginan saya. Namun, batin saya mulai berontak saat saya berpikir, “Ini salah, Nancy pacar sahabat saya.”

“Namanya siapa?” tanya saya untuk memulai percakapan.

“Nancy, Mas. Kalau begitu siapa Anda? Ada hubungan lama dengan Arda? “jawab Nancy dengan senyuman ramah.

“Oh, saya Rio. Udah lima tahun kenal sama Arda,” jawabku sambil berbicara dengan Nancy dengan sikap serius.

Tidak lama kemudian, Arda tiba dengan barang-barang untuk pesta malam ini. Kemudian pesta dimulai. Pada awalnya, saya membuka tiga botol bir untuk saya, Arda, dan Nancy, dan kemudian meletakkan kepiting saus tiram di mangkuk besar. Kami juga senang dengan suasananya. Arda meminta saya membuka lagi setelah tiga botol habis, dan Nancy menambahkan lagi. Malam itu kami bercanda dan tertawa.

Setelah meminum dua botol, muka Arda menjadi merah dan mata Nancy menjadi sayu. Saya kemudian membuka tiga botol lagi untuk kami bertiga, Arda dan Nancy.

“Ayolah, Bro. Gitu aja udah KO. Kalah sama cewek lo si Nancy,” ejek saya, memaksa Arda untuk minum lebih banyak.

“Apakah Anda mengganggu saya, Pak? “Sini juga, gue habisin porsi lo,” jawab Arda. Karena dia sudah terhasut, dia ingin menunjukkan bahwa dia seorang peminum yang hebat. Arda langsung meneguk satu botol yang saya berikan. Dia kemudian mengambil satu botol lagi, tetapi dia hanya meneguk seperempat dari porsi saya karena dia tidak kuat lagi.

Setelah menghindari minuman dalam jumlah besar malam itu, Arda jatuh tertidur tanpa sadar. Aku dan Nancy, yang masih setengah waras, tertawa-ketawa sambil ngeliatin Arda yang sudah lelet di kasur.

“Haha, duh, cowok lu lelet banget, Nad! Baru gitu doang udah tumbang,” candaanku ke Nancy sambil nyengir.

Nancy ketawa ngakak, badannya mulai lelah, matanya redup, dan berkata, “Iya, nih, tadi sok-sokan nenggak dua botol sekaligus, eh malah zonk!”

Aku tidak bisa tahan dengan suasana malam itu. Nancy memakai baju yang ketat dengan dadanya yang kenceng yang membuatnya sulit untuk kedip. Saya semakin tidak tahan dengan kulit putih yang halus di dadanya dan leher saya. Lihat dia dalam keadaan setengah on seperti itu membuat saya tertekan.

Arda, yang tampak seperti mayat hidup di kasurnya, tiba-tiba dibangunkan oleh Nancy. “Sayang, bangun dong, anterin aku ke kamar mandi, kebelet pipis nih!” katanya sambil menggoyang-goyangin Arda. Namun, Arda hanya ngorok dan tidak menunjukkan reaksi apa pun.

Biarkan dia tidur, Nan. Dia mungkin muntah-muntah saat bangun. “Aku anterin deh,” kataku, berharap ada kesempatan untuk “nyicip” momen.

Nancy sangat sempoyongan, jadi aku bantu dia jalan. Aku pelan-pelan menahan badannya sambil meletakkan tangan kanannya di bahuku. Dengan tidak sengaja, tanganku menyentuh dadanya yang sangat halus itu. Semangat, kawan! Aku mencoba mencari kesempatan untuk membantu sambil berjalan ke kamar mandi, tetapi tangan saya sangat buruk.

Sampai di kamar mandi, tidak ada orang. Hujan baru reda, dan orang-orang sudah tertidur. Nancy masuk ke kamar mandi dan meminta pintu ditutup. Tapi, ya Tuhan, aku hanya menutup setengah pintu untuk melihat. Setelah Nancy menurunkan dalemannya dari celananya, tampilan itu benar-benar mengejutkan saya. Badannya ramping, kulitnya halus, dan bagian intimnya sangat rapi dengan warna merah yang menarik. Saya merasakan bahwa “temen kecil” di bawah telah berdiri tegak, dan saya hanya bisa menarik napas dalam-dalam.

Nancy selesai pipis, nyiram dengan air, dan wajahnya yang indah membuatku tak tahan. Bibirnya tipis, matanya sayu, seperti bidadari yang jatuh dari kahyangan. Aku berdiri di depan Nancy saat masuk ke kamar mandi tanpa berpikir lama.

“Nad, kamu benar-benar membuat orang tidak tahan,” kataku sambil melirik dia yang sudah setengah sadar.

“Mau apa, Rio?” dia bertanya pelan, dengan suaranya gemetar dan tubuhnya lelah.

Aku langsung berdiri di depan Nancy dalam sekejap mata. Aku mencium dan memeriksa bagian intimnya, yang membuatku gila. Setelah mengangkat kakinya ke bahu saya, dia hanya bisa mendesah, “Aahh, Rio… enak banget…”

Saya menikmati setiap detik saat saya terus mengeksplorasi. Nancy tampaknya sudah penuh, badannya gemetar, dan desahannya menjadi lebih keras. “Rio, masukin dong, udah gatel banget,” katanya dengan semangat.

Aku langsung mengangkat Nancy dan melepaskan baju dan branya. Aku lepas celanaku, balik badannya ke dinding, dan bersiap untuk main. Aku gesek-gesekin dulu, membuatnya menjadi lebih takut. “Ayo, Rio, masukin!” kembali dia meminta.

Pada akhirnya, saya masuk, dan rasanya seperti masuk ke surga. “Aahh, Rio, enak banget!” desah Nancy dengan keras. Tetap semangat! Aku gerakin badan maju-mundur sambil meremas dadanya dengan sangat kenceng. Nancy hanya bisa mendesah sambil badannya bergetar.

Beberapa menit kemudian, Nancy terlihat sangat hebat. Dia merasakan cairan hangat di tubuhnya saat dia mengalami orgasme. “Aahh, Rio, aku keluar!” katanya dengan napas cepat. Saya sangat bangga bisa membuatnya puas dengan cepat. Aku tidak tahan lama. Aku keluarkan semuanya di bokongnya saat dia hampir mencapai puncak.

“Terima kasih, Nad, kamu benar-benar luar biasa,” kataku sambil peluk dia.

“Iya, Rio, makasih udah bikin aku puas malam ini,” katanya dengan suara lemes, namun penuh kepuasan.

Aku membantu Nancy membersihkan dirinya, memakai bajunya lagi, dan anterinnya kembali ke kamar. Di sana, Arda masih tidak sadar. Malam itu benar-benar bebas!